JAKARTA - Tragedi Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menjadikan Indonesia berada di posisi tiga dalam jumlah korban tewas sepanjang sejarah sepak bola dunia. Akankah Indonesia mendapat sanksi dari FIFA?
Tragedi Kanjuruhan berada di posisi tiga dalam daftar pertandingan sepak bola paling mematikan, dengan pertandingan di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 1964 yang menyebabkan 328 orang tewas ada di posisi pertama.
Dari sepuluh daftar teratas, tak ada satu pun negara yang mendapatkan sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).
Tragedi sepak bola di mana terjadi kerusuhan di Port Said Stadium, Port Said, Mesir pada 2012 juga tak berujung apapun dari FIFA.
Pada Februari 2012, pemerintah Mesir memberhentikan sejumlah pejabat Federasi Sepak Bola Mesir (EFA) imbas kerusuhan yang menyebabkan 74 orang tewas.
Menanggapi intervensi pemerintah ini, Presiden FIFA saat itu Sepp Blatter mengatakan akan berupaya untuk mengembalikan para pejabat EFA tersebut. Menurut Blatter pemberhentian yang merupakan intervensi pemerintah bertentangan dengan aturan FIFA, seperti dikutip The Guardian.
Pada Juli, sepak bola Mesir malah semakin memburuk dengan lewat pernyataan Menteri Dalam Negeri Mesir yang memberhentikan liga sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Di Indonesia sendiri belum jelas apa sanksi yang akan diberikan dan siapa yang akan mendapat sanksi atas tragedi Kanjuruhan.
Saat ini pemerintah tengah melakukan investigasi atas kejadian ini untuk menentukan siapa pihak yang perlu bertanggung jawab.
Pemerintah telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD. Dalam tim tersebut terdapat mantan pengurus PSSI Nugroho Setiawan dan legenda Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto sebagai anggota.
Ada ketakutan Indonesia terkena sanksi FIFA dan berpengaruh para posisi sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Namun berkaca dari insiden-insiden sebelumnya, kecil peluang Indonesia terkena sanksi FIFA. *