JAKARTA - Kementerian ESDM sedang melakukan uji coba konversi gas LPG 3 kilogram (kg) ke kompor listrik dengan kapasitas dua tungku 1.000 watt.
Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan uji coba baru dilakukan di tiga kota, yakni Denpasar, Solo, dan salah satu kota di Sumatera.
"Ini uji coba untuk melihat penerimaan masyarakat sekaligus mempelajari aspek tekniknya, misalnya berapa kapasitas daya tungku yang cocok," ungkap Dadan, Rabu (21/9).
Untuk tahun ini, pemerintah akan membagikan kompor listrik kepada 300 ribu rumah tangga miskin yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Paket itu terdiri dari satu kompor listrik, satu alat masak, dan satu Miniature Circuit Breaker (MCB) atau penambah daya khusus untuk kompor listrik.
Lantas, bagaimana perbandingan harga yang harus dibayar masyarakat jika menggunakan kompor listrik dan LPG?
Dadan mengatakan 1 kg LPG setara dengan 7,2 kilowatt hour (kWh).
Berdasarkan hitungan, biaya yang harus dikeluarkan rumah tangga untuk kompor listrik 1.000 watt sekitar Rp10.396 per jam. Hal itu dengan asumsi tarif listrik rumah tangga 1.300 VA sebesar Rp1.444 per kwh.
Sementara, jika menggunakan asumsi tarif listrik rumah tangga 900 VA yang sebesar Rp1.352 per kwh, maka biaya yang harus dibayar masyarakat dalam menggunakan kompor listrik sekitar Rp9.734 per jam.
Bila dibandingkan dengan harga LPG nonsubsidi ukuran 5,5 kg di Jakarta yang dibanderol Rp100 ribu atau Rp18.181 per kg, maka biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk kompor listrik lebih murah per jam.
"Kalau pakai LPG nya 1 kg setiap jam, betul itu hitungannya. Kompornya pasti besar," kata Dadan.
Di sisi lain, Managing Director Political Economic and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan mengatakan 1 kg LPG setara dengan 14 kWh, bukan 7 kWh.
Hal itu berarti rumah tangga 1.300 VA harus membayar sekitar Rp20.216 per jam jika ingin menggunakan kompor listrik. Lalu, untuk rumah tangga 900 VA harus membayar Rp18.928 per jam.
"Harusnya 1 kg LPG sama dengan 14 kWh listrik," ucap Anthony.
Jika menggunakan hitungan Anthony, maka biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk menggunakan kompor listrik akan lebih mahal ketimbang LPG.*