-
01ASUS ROG Zephyrus G14: Performa Tinggi dalam Gaming dan Produktivitas29 Mei 2024
-
02JMSI Inhu Lakukan Kerja Sama Publikasi dan Advokasi Kemitraan Desa01 Mei 2024
-
03Penduduk Kota Geger, Kisah Abu Nawas Mau Terbang22 April 2024
-
04Baznas dan Bank Indonesia Bisa Bantu Masyarakat Melunasi Utang Pinjol, Berikut Cara dan Syaratnya18 April 2024
-
0536 Kader Golkar Riau Dipanggil DPP Sebagai Calon Di Pilkada 2024, Berikut Nama-namanya07 April 2024
Riau Sulit Tingkatkan Produksi Beras, Begini Penjelasan Gubri
Pekanbaru, BeritaOne.id - Total produksi beras di Provinsi Riau pada tahun 2022 hanya 130.475 ton (data BPS). Sedangkan kebutuhan beras masyarakat Riau sekitar 700.000 ton per tahun.
Dari data tersebut diketahui bahwa produksi beras di Riau hanya mampu memenuhi sekitar 19 persen dari kebutuhan masyarakat Riau. Selebihnya, sekitar 81 persen, harus dipasok dari luar Riau.
Gubernur Riau (Gubri) H Syamsuar mengakui memang tidak mudah bagi Riau meningkatkan produksi beras, sehingga mau tidak mau Riau tetap harus mendatangkan beras dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
Syamsuar menjelaskan, ada sejumlah alasan yang menyebabkan Riau sulit meningkatkan produksi beras secara signifikan. Pertama, luas areal persawahan di Riau sangat terbatas. Sementara untuk memperluas areal persawahan tidak memungkinkan lagi karena lahan yang ada di Riau umumnya sudah menjadi perkebunan kelapa sawit.
"Selain itu, masyarakat Riau belakangan ini lebih memilih menanam sawit dari pada bertanam padi karena dianggap lebih menguntungkan," kata Syamsuar saat ekspos pencapaian kinerja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau 2019-2023, di kediaman dinas Gubri di Jalan Diponegoro, Pekanbaru, Rabu (1/11/2023).
Dalam kegiatan tersebut Gubri didamping Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian dan Pengembangan (Bappeda Litbang) Riau Emri Juli Harnis, Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Riau Erisman Yahya dan Staf Ahli Gubri Bidang Komunikasi H Dheni Kurnia.
Gubri menambahkan, kondisi lahan di Riau yang umumnya berupa gambut, tidak cocok dijadikan areal persawahan.
"Lahan gambut itu tidak cocok dijadikan sawah. Cocoknya, ya dijadikan kebun sawit," ujarnya.
Gubri mengungkapkan, sebagian petani tanaman padi di Riau tidak menggiling gabahnya di Riau. Gabahnya mereka jual ke pedagang dan diangkut ke Sumatera Utara. Setelah jadi beras, nanti dibawa lagi ke Riau untuk dipasarkan.
"Ada pula petani tu, setelah panen, gabahnya dijualnya dan dibawa pedagang ke Sumatera Utara. Nanti setelah dijadikan beras, dibawa lagi ke Riau untuk dijual. Sehingga peningkatan produksi padi di Riau tidak selaras peningkatan produksi beras, karena padinya dibawa ke luar Riau," ucap Gubri.
Sambung Gubri, untuk meningkatkan produksi padi petani, Pemprov Riau melalui Dinas Pertania telah menjalankan berbagai program, termasuk menyediakan bibit padi berkualitas.
"Sekarang petani kita di Riau tidak perlu lagi menggunakan bibit padi dari luar daerah, karena kita sudah menyediakan bibit berkualitas untuk petani," tuturnya. **B-One03