JAKARTA - Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, menyebut varian omicron BA.2 dapat menipu proses pendeteksian Covid-19 yang menggunakan metode antigen.
Virus corona BA.2 merupakan sub varian virus omicron yang secara resmi memiliki nama BA.1. Sub varian ini diketahui dapat mengelabui alat deteksi Covid sehingga diberi julukan 'stealth omicron.'
"BA.2 dikenal sebagai 'stealth Omicron' atau Omicron yang 'menipu', khususnya karena adanya delesi fenomena 'S gene target failure - SGTF' sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak di negara kita," kata Tjandra lewat pesan teks, Jumat (28/1).
Sub varian Omicron ini ramai diperbincangkan karena penyebarannya sudah meluas di sejumlah negara. BA.2 diketahui telah berada di 49 negara di seluruh dunia dengan lebih dari 10.800 kasus yang dilaporkan.
Meski angka tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah kasus keseluruhan, namun tingkat penyebarannya yang cepat perlu mendapat perhatian.
"Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat memengaruhi kebijakan yang perlu diambil," ujar Tjandra.
Beberapa negara seperti seperti India dan Filipina dilaporkan mengalami peningkatan infeksi varian BA.2. Selain itu, beberapa negara lain seperti Denmark, Inggris, dan Jerman juga mulai melaporkan hal serupa.
BA.2 diyakini pertama kali diidentifikasi di India dan Afrika Selatan pada akhir Desember 2021.
Hingga Selasa (25/1), GISAID, institusi yang dibuat pemerintah Jerman dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional untuk mempelajari data genetika virus, telah mengumpulkan 372.680 sampel sekuen dari berbagai negara di dunia dalam 30 hari terakhir.
Dari data tersebut diketahui bahwa 332.155 atau 89,1 persen virus yang ada adalah varian Omicron.
Dengan munculnya varian baru seperti omicron BA.2, peningkatan perlindungan perlu dilakukan dan salah satunya melalui pemberian vaksin dosis booster.*