UKRAINA, Beritaone.id - Minyak sawit berjangka Malaysia diperdagangkan dengan sedikit deviasi dari 5.550 ringgit/ton pada hari Jumat di tengah volatilitas pasar global yang kuat dan ketidakpastian tentang dampak pembatasan baru Indonesia pada ekspor minyak sawit.
Dilansir AKRAgroConsult, pemeritah Indonesia memberlakukan penjualan wajib (DMO) oleh produsen minyak sawit 20% dari produk mereka di pasar domestik dengan harga minyak sawit tetap, yang mengejutkan pasar minyak nabati dunia.
Keputusan ini memperburuk prospek ekspor minyak sawit mentah dari Indonesia dan mengarah pada fakta bahwa secara tradisional minyak nabati termurah menjadi yang termahal dari tiga minyak pangan utama di dunia.
Minyak sawit di bursa Malaysia untuk kontrak April naik menjadi 5.568 ringgit/ton. Harga biji-bijian global naik setelah jatuh pada hari Kamis karena penetapan pendapatan pada hari Jumat, dan kedelai dan jagung berjangka Maret bahkan melebihi tingkat harga psikologis untuk mengkonfirmasi tren kenaikan.
Menurut pedagang minyak nabati di Singapura, bursa berjangka kedelai menunjukkan pertumbuhan mingguan tertinggi sejak Juni 2021, dan pembelian minggu depan mungkin meningkat tajam setelah kembalinya importir China dari liburan imlek. Sejauh ini, ungkap para analis, China belum bereaksi terhadap pengurangan keseimbangan kedelai global, meskipun tetap menjadi pelaku pasar utama, yang memengaruhi penetapan harga.
Harga pangan global pulih ke level tertinggi selama 10 tahun terakhir pada Januari karena kenaikan indeks minyak nabati, catat FAO. Pakar Corteva Inc memperkirakan bahwa tahun ini, di tengah rekor permintaan yang tinggi, harga sereal dan minyak sayur akan tetap tinggi.
Dan analis Reuters memperkirakan bahwa harga minyak sawit akan naik ke 5608-5676 ringgit/ton setelah stabil di level 5.484 ringgit/ton.