JAKARTA, Beritaone.id – Perdagangan minyak sawit berjangka Malaysia tidak mencatat perubahan pada Selasa (25/1/2022), setelah sebelumnya harga minyak sawit mencapai rekor tertinggi, menyusul adanya kebijakan pembatasan ekspor dari Indonesia dan kekhawatiran pasokan minyak sawit pada Januari dari Malaysia.
Kontrak berjangka minyak sawit untuk pengiriman April di Bursa Malaysia Derivatives Exchange berada di 5.260 ringgit (US$ 1.256,57) per ton pada tengah hari. Pada sesi sebelumnya, kontrak harga minyak sawit mencapai level tertinggi sepanjang masa 5.380 ringgit sebelum akhirnya turun ditutup lebih rendah 1,18%.
"Perdagangan CPO berjangka di BMD dipengaruhi respon adanya kebijakan pembatasan ekspor minyak sawit Indonesia yang baru dan situasi penawaran dan permintaan minyak sawit Malaysia pada Januari," kata Kepala Riset Komoditas di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, seperti dilansir Business Recorder .
Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijkan setiap eksportir minyak sawit harus memperoleh persetujuan ekspor dari kementerian perdagangan. Pemerintah juga membahas rencana untuk membatasi ekspor minyak.
Harga TBS sawit Kaltim Periode Februari 2022 Naik Tipis, Berikut Harganya..
Sementara, diungkapkan seorang pedagang di Kuala Lumpur, pelaku pasar mungkin menunggu data ekspor dan produksi akhir Januari 2022 untuk memutuskan langkah selanjutnya.
Kontrak soyoil teraktif Dalian dan kontrak minyak sawit masing-masing turun 2,60% dan 1,94%, sementara harga soyoil di Chicago Board of Trade naik 0,05%.
Pergerakan harga minyak sawit dipengaruhi oleh harga minyak nabati lainnya karena mereka bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global. Minyak sawit mungkin menguji support di 5.174 ringgit per ton, penembusan di bawahnya bisa membuka jalan menuju 5.106 ringgit, kata analis teknis Reuters, Wang Tao.