JAKARTA - Nielsen Indonesia mencatat belanja iklan pada semester I 2022 mencapai Rp135 triliun atau naik tujuh persen dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp127 triliun.
Director Client Lead Nielsen Indonesia Selly Cahyani Putri mengatakan kenaikan ini menandakan bahwa sektor industri mulai mengalami pemulihan pasca pandemi COVID-19.
"Semester pertama tahun 2022 ini, bisa dikatakan bahwa pengiklan sudah mulai menunjukkan rasa percaya diri untuk beriklan. Hal ini menunjukkan bahwa industri mulai pulih pascapandemi," ujar Selly dalam acara Nielsen Press Club di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan pertumbuhan itu masih didorong oleh belanja iklan pada media televisi yang mendominasi sebesar 79,7 persen. Lalu, pada media digital sebesar 15,2 persen, cetak 4,8 persen dan radio 0,3 persen.
Menurut dia, semester I tahun ini belanja iklan pada media televisi naik sebesar 8 persen dan media digital naik 6 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Namun, media cetak dan radio masing-masing secara berurutan turun sebesar 6 persen dan 13 persen.
"Jadi, delapan persen kenaikan iklan TV ini lebih didorong karena kenaikan rate card yang sebesar tujuh persen," ujar Selly.
Nielsen mencatat belanja iklan terus mengalami kenaikan. Pada semester I 2019, belanja iklan tercatat Rp80 triliun, semester I 2020 naik menjadi Rp104 triliun, semester I 2021 naik lagi menjadi Rp127 triliun dan semester I tahun ini naik menjadi Rp135 triliun.
"Trennya setiap tahun ada kenaikan," ujar Selly.
Nielsen juga mencatat sebesar 35 persen dari total belanja iklan semester I tahun ini disumbangkan dari kategori online service, perawatan rambut, perawatan wajah, bumbu- bumbuan, serta belanja iklan pemerintah dan organisasi politik.
Dalam melakukan perhitungan, Nielsen Indonesia menggunakan metode gross rate card, yakni tidak memasukkan unsur diskon, promo, paket dan lainnya.
Nielsen melakukan monitoring terhadap 15 stasiun televisi, 161 media cetak, 104 radio, 200 situs dan 3 media sosial.*