BENGKULU- Kondisi gawat sedang dihadapi dunia industri sawit di Provinsi Bengkulu. Jika kondisi terus saja begini, tandan buah segar kelapa sawit atau TBS bisa tidak laku lagi. Pabrik CPO bisa stop beli sawit, khususnya buah sawit dari masyarakat.
Kondisi yang terjadi saat ini, tangki penampungan CPO milik pabrik-pabrik sudah nyaris penuh akibat perusahaan pengelola kelapa sawit (PKS) kesulitan menjual hasil produksi berupa minyak kelapa sawit mentah atau CPO.
Jika tangki penampungan penuh dan CPO tidak kunjung dapat dijual, otomatis pabrik berhenti beroperasi dan berhenti membeli bahan baku berupa TBS. Hal ini disampaikan tiga manajemen perusahaan pabrik CPO di Mukomuko. Yakni PT. KSM, PT. USM dan PT. Sapta yang beralamat di Kecamatan Lubuk Pinang saat dikunjungi Bupati Mukomuko, H. Sapuan dan Wakil Bupati, Wasri bersama tim monitoring dan evaluasi harga TBS, Selasa (10/5).
Asisten Kepala (Askep) PT. KSM, Robert Indrianto kepada Bupati dan tim menuturkan, pabrik milik PT. KSM memiliki tangki penampungan dengan kapasitas 4.000 ton. Saat ini sudah terisi sebanyak 2.293 ton. Sementara, penjualan CPO sedang tersendat. “Hari ini saja cuma satu unit truk tangki berkapasitas sekitar 18 ton yang keluar. Besok belum jelas,” terang Robert.
Jika CPO tidak terjual, PT. KSM diprediksi hanya bisa beroperasi sekitar 14 hari lagi. Setelah itu, tidak menutup kemungkinan bakal berhenti beroperasi sampai CPO terjual dan ada ruang kosong di tangki penampungan. “Ini lah kendala yang sedang dihadapi perusahaan. Selain itu, harga CPO juga belum jelas. Kondisi ini memaksa perusahaan menurunkan harga yang cukup ekstrem,” jelasnya.
Kondisi yang sama dialami oleh PT. USM. Tangki penampungan mereka hanya berkapasitas 1.500 ton. Isinya sekarang sudah mencapai 800 ton. Produksi Control PT. USM, Marihot mengatakan, jika CPO tidak bisa dijual, pabrik USM hanya bisa bertahan sekitar 1 pekan atau sekitar 7 hari. “Kalau tangki penampungan penuh, kemungkinan besar stop pasti ada,” ujar Marihot.
Meski tangki penampungan PT. USM jauh lebih kecil ketimbang PT. KSM, akan tetapi PT. USM masih lebih beruntung sisi penjualan. Hari Selasa kemarin, mereka dapat mengirimkan 10 unit armada angkutan CPO ke Padang dengan masing-masing berkapasitas 18 ton. “Kalau untuk penjualan CPO, terus penetapan harga beli TBS, itu manajemen di atas kami yang menetapkan. Kami disini hanya sekadar manajemen produksi. Tapi seperti itulah kondisi yang sedang dihadapi perusahaan kami,” pungkas Marihot.
“Napas” yang masih agak panjang ada di pabrik PT. Sapta. Pabrik yang dapat memproduksi 80 ton CPO per hari ini, masih bisa bertahan sekitar 1 bulan dengan kapasitas penampungan tangki CPO mereka mencapai 4.000 ton.
Manajer PT. Sapta, Edi Kusno kepada Bupati dan tim menuturkan, pada hari Senin kemarin, mereka bisa mengirim CPO dari pabrik mereka ke Padang sebanyak 9 unit truk tangki masing-masing berkapasitas sekitar 18 ton.
“Kesulitan perusahaan kami dan juga perusahaan lain di Mukomuko ini mengirim CPO, alasannya karena tangki penampungan milik perusahaan pembeli CPO di Padang juga sedang penuh. Mereka, katanya juga sedang menahan membeli CPO,” sampai Edi.
Bupati Sapuan kepada manajemen tiga perusahaan tersebut menyampaikan, kondisi yang dialami perusahaan pengelola kelapa sawit (PKS) yang disampaikan itu akan dilaporkan ke Pemprov Bengkulu juga ke pemerintah pusat.
“Makanya kami ingin melihat dan tahu langsung kondisi yang dialami perusahaan. Ini nanti akan kami laporkan ke Provinsi dan pemerintah pusat melalui Kementerian. Tujuannya agar bisa dicarikan solusi terbaik. Investasi jalan dan dapat untung, harga sawit bisa meningkat dan tentu ekonomi petani sawit, masyarakat kita bisa tumbuh,” sampai Sapuan. *