BeritaOne.id - Muncul polemik akhir-akhir ini terkait kemunculan pabrik kelapa sawit (PKS) mini atau biasa disebut PKS tanpa kebun yang terus meningkat keberadaannya. Kementerian Pertanian (Kementan) pun lewat Direktorat Jenderal Perkebunan telah mengeluarkan Surat Edaran kepada kepala daerah dengan NOMOR: 245/KB.410/E/03/2024 yang intinya pendirian PKS wajib terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit.
Ketua Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Mikro Kecil Menengah Indonesia (Askesindo) M. Salim Simangunsong mengatakan seharusnya Kementerian Pertanian memayungi semua pelaku usaha sawit, tidak hanya pelaku usaha pabrik sawit besar. Sebab, ujar dia, keberadaan pabrik sawit mini atau juga disebut pabrik sawit berondolan yang banyak didirikan petani sawit tersebut hadir karena keinginan petani meningkatkan pendapatan.
“Tinggal keberpihakan pemerintah dimana. Artinya pabrik sawit mini tumbuh karena sebuah kebutuhan, artinya tidak selamanya petani jual buah terus. Tentu ada keinginan meningkatkan kesejahteraan,” ucap Salim kepada Majalah Sawit Indonesia, Senin (22/4/2024).
Pertumbuhan pabrik sawit mini pun, menurut Salim, juga diiringi dengan pertumbuhan pabrik minyak makan, biodiesel dan PKO skala UMKM. Kehadiran unit usaha itu lantaran teknologi yang dibutuhkan pun tidak perlu terlalu canggih namun cukup menjadikan petani sawit naik kelas dan memutus rantai pasok penjualan TBS.
“Kita juga dalam waktu dekat akan melaunching pabrik sawit rakyat. Per 500 hektar harus ada pabrik kelapa sawit mini. Selama ini tingkatannya petani untuk jual TBS harus dulu keagen, pemilik Ramp, dan terakhir pemilik DO/pabrik, itu cukup panjang,” ucapnya.
“Kita lihat petani kelapa sawit itu gitu-gitu aja, kesejahteraannya. Artinya kita lihat artinya ada kesenjangan. Petani tidak bisa jual buah langsung kepabrik, jadi harga ada kesen jangan. Pada hal ada pemupukan, pemeliharaan,” lanjutnya.
Khusus untuk biodiesel, ujar Salim, pabrik mini menyasar para nelayan yang tidak mampu mengakses biodiesel yang dijual pemerintah.
“Jadi pabrik pabrik yang konsumsi biodiesel kita layani kebutuhannya. Lalu sasaran kita kampung kampung nelayan. Misalnya di Sibolga, Sumut. Pembelinya nelayan-nelayan karena sangat sulit sekali dapat solar,” tutur Salim.
Dia mengatakan, saat ini banyak potensi yang bisa dikembangkan dari sawit oleh petani atau pelaku usaha UMKM, dikarenakan turunan sawit yang cukup banyak.
“Menurut kami, apapun mau diolah kita siap, bensin sawit juga kita siap. Cuma regulasi pemerintah berpihaknya kemana,” ucapnya.
Dia menyatakan, pihaknya pun mendorong supaya ada regulasi agar pabrik sawit dibagi dua. Satu pabrik sawit besar yang mengolah TBS dengan hasil CPO yang peruntukannya konsumsi. Kedua, pabrik sawit berondolan skala UMKM yang mengolah berondolan produksi CPO dengan kadar asam tinggi, biasanya diperuntukkan jadi bahan baku kosmetik dan bahan bakar.
“Jika tidak diatur akan terjadi gejolak. Saya pastikan, Askesindo hadir bukan bersaing dengan pabrik sawit besar. tapi bagaimana kita ciptakan hubungan harmonis. Bisa saja pabrik sawit mini produksinya dijual kepabrik sawit besar,” ungkap Salim.
Saat ini, lanjut dia, banyak pabrik sawit besar yang tadinya pengolah TBS juga menerima berondolan. Bahkan, tidak sedikit pabrik sawit besar yang beralih fungsi jadi pengolah berondolan 100 persen. Padahal, tadinya berondolan tidak bisa masuk kepabrik sawit besar.
“Karena pabrik sawit besar ini produksi CPO untuk konsumsi. Asamnya tinggi karena FFA [Free Fatty Acid] di atas 10 persen. Sementara standarnya untuk konsumsi itu 5 persen. Kalau masuk sama aja kita meracuni manusianya ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, dia pun memastikan, saat ini pabrik sawit besar lebih dari 50 persen menerima berondolan.
“Kalau pemerintah mau fair, ayo turunkan tenaga ahli dari kampus dari mana kepabrik sawit. Saya pastikan itu lebih 50 persen pabrik sawit menerima berondolan. Alasannya untuk menaikkan rendemen,” ujar Salim.
Mengenai pabrik sawit mini yang juga mengolah TBS, dia menyampaikan hal tersebut tergantung banyak tidaknya pabrik sawit di sekitar kebun. “Apabila di daerah cukup jauh, ya dia mengolah TBS. Ini yang kedepan akan dikerjasamakan pabrik sawit mini bagaimana CPO pabrik sawit mini akan dijual kepabrik besar. Jadi petani jual minyak bukan buah,” terangnya.**BrOne-05