JAKARTA, Beritaone.id - Kedepan akan terjadi perubahan tentang bisnis kelapa sawit dari yang sebelumnya berkutat pada persoalan pembukaan lahan baru dan kampanye negatif menjadi peningkatan produktifitas, efisiensi industri dan diversifikasi produk hilir. Untuk itu pelaku usaha perkebunan sawit diminta mempersiapkan diri.
Hal itu dikatakan Ekonom Senior Indef, Bustanul Arifin, sebagaimana dilansir liputan6.com. Menurutnya, peningkatan produktivitas tanaman dan diversifikasi produk hilir harus dilakukan, menyusul semakin terbatasnya penambahan lahan. Dia menambahkan, pemerintah juga diperkirakan akan memperpanjang kebijakan moratorium lahan perkebunan sawit baru.
“Tantangan industri sawit saat ini berubah menjadi peningkatan produktivitas, efisiensi industri, dan diversifikasi produk hilir, bukan hanya untuk pangan tapi juga untuk ragam Biofuel,” jelas Bustanul Arifin, yang merupakan juga Anggota Tim Asistensi Menko Perekonomian, Jumat (11/2).
Sementara itu, lanjut Bustanul Arifin, semakin membaiknya penerimaan masyarakat terhadap produk sawit, tidak terlepas dari upaya perusahaan perkebunan. Apa lagi, saat ini perusahaan sudah mulai konsisten dalam menerapkan sistem budidaya yang memperhatikan keseimbangan lingkungan, mulai dari pelestarian hutan dan satwa hingga menggerakkan perekonomian masyarakat di sekitar kawasan operasional perusahaan.
Bustanul menjelaskan, dari potensi permintaan produk derivatif CPO (Crude Palm Oil) juga terus menunjukkan peningkatan. Kebijakan pemerintah membatasi ekspor CPO dalam bentuk bahan mentah juga perlu direspons dengan meningkatkan produksi produk hilir, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor produk jadi.
“Diversifikasi produk hilir tidak hanya akan menambah pangsa pasar produk sawit di masyarakat, tetapi juga meningkatkan nilai tambah produk sawit. Perubahan ini pada akhirnya bisa menambah lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Bustanul.