China Klaim Menang Lawan Covid-19

Jumat, 17 Februari 2023

BEIJING - Para pemimpin tertinggi China mendeklarasikan kemenangan melawan Covid-19. China mengatakan, upaya pemerintah menekankan penyebaran Covid-19 menyebabkan lebih dari 200 juta orang mendapatkan perawatan medis dan mencatat tingkat kematian terendah di dunia.

"Kemenangan besar yang menentukan dalam pencegahan dan pengendalian epidemi telah tercapai. Dengan upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian Covid-19 sejak November 2022, China telah membuat transisi yang mulus dalam waktu yang relatif singkat,” kata Komite Tetap Politbiro (PSC) China dalam sebuah pertemuan pada Kamis (16/2/2203).

Menurut media pemerintah, hampir 800.000 kasus Covid-19 parah menerima perawatan yang tepat. Tetapi, para pemimpin memperingatkan, virus tersebut masih menyebar secara global dan terus bermutasi.

Pertemuan Komite Tetap Politbiro menekankan, China akan meningkatkan tingkat vaksinasi untuk lansia serta memperkuat pasokan dan produksi barang medis. Komite tersebut mendesak semua daerah dan departemen untuk memperkuat sistem layanan medis.

Pada Desember, China mencabut kebijakan ketat zero-Covid menyusul protes bersejarah terhadap pembatasan yang ketat. Sejak kebijakan ketat itu dicabut, China menghadapi lonjakan kasus Covid-19 sehingga membuat banyak negara menerapkan pembatasan terhadap pelancong China yang memasuki negara mereka. Langkah ini memicu kemarahan Pemerintah China.

Banyak negara dan Organisasi Kesehatan Dunia berspekulasi China tidak melaporkan kematian selama berbulan-bulan. Ada kekhawatiran bahwa liburan Tahun Baru Imlek dapat meningkatkan kasus Covid-19. Karena pada liburan ini banyak orang mudik ke kampung halaman mereka. Namun, Pemerintah China mengeklaim kasus Covid-19 tetap berada pada tingkat rendah setelah liburan Tahun Baru Imlek.

Namun, biaya untuk mengendalikan virus itu tidak sedikit. Provinsi di China menghabiskan setidaknya 352 miliar yuan atau 51,6 miliar dolar AS untuk pengendalian Covid-19 pada 2022. Hal ini menambah tekanan pada keuangan provinsi dalam setahun ketika pertumbuhan ekonomi melambat.