Mengenal Kriteria Kematangan Buah Sawit Supaya Rendemen Tinggi

Senin, 07 Maret 2022

JAKARTA, Beritaone.id - Bagian yang terpenting dari buah adalah mesokarp (yang mengandung minyak kelapa sawit), dan inti sawit (yang mengandung minyak inti sawit).

Buah kelapa sawit  menjadi matang sekitar 6 bulan setelah terjadi polinasi (penyerbukan) dan fertilasi (pembuahan). Kematangan buah adalah aspek yang yang pengaruhnya paling menonjol terhadap kuantitas dan kualitas minyak.  Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang kondisinya memberikan kuantitas dan kualitas minyak maksimal, yang dapat dijabarkan menjadi angka-angka bila dianalisis di laboratorium. Namun bagi pemanen buah di lapangan, merupakan sesuatu yang sulit untuk dipastikan. 


Oleh karena itu seperti halnya berbagai jenis komoditas, kematangan buah dideteksi  secara visual.  Dalam hal buah kelapa sawit, kriteria yang dapat dipakai adalah warna buah. Dalam proses pematangan buah, warna kulit buah secara bertahap berubah dari kehitam-hitaman menjadi jingga kemerahan.
 
Kriteria lain adalah bahwa setelah mencapai tahap matang penuh, buah akan mudah terlepas dari tandannya  (disebut dengan membrondol).  
 
Semakin banyak buah yang membrondol berarti buah semakin matang. Dianjurkan buah yang dipanen adalah buah brondol, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan karena adanya kesulitan, yaitu pengutipan brondolan dan asam lemak bebas menjadi tinggi.

Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan dalam jumlah tertentu.  Buah dapat dipanen jika dipenuhi kriteria sebagai berikut :
 
“Untuk tiap kg berat tandan terdapat 1 brondolan lepas di TPH yang bukan brondolan parthenokarpi atau brondolan muda karena serangan tikus atau penyakit”, misalnya BJR (berat janjang rata-rata) blok adalah 10 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut apabila brondolan yang lepas ada 10 butir brondolan di TPH. Jika ada 9 brondolan  saja, maka dianggap buah mentah”.

Untuk memudahkan pemahaman terhadap kriteria matang panen tersebut, maka dapat digunakan acuan sebagai berikut :

Sebelum memotong buah, pemanen harus memastikan jumlah brondolan yang jatuh dipiringan sesuai kriteria.

Assisten, mandor I, mandor  dan krani panen harus melakukan pengawasan terhadap kematangan buah yang dipanen dan harus melakukan tindakan tegas kepada pemanen yang melakukan panen buah mentah.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Oleh karena itu saat panen pun menjadi faktor penentu.  Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam prosentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Minyak sawit dihasilkan oleh buah dan kandungan minyak akan meningkat seiring dengan kematangan buah.  Maka pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab rendemen dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.