Mendag Pastikan Stok Kebutuhan Pokok Nataru Terjamin

Kamis, 21 November 2024

Menteri Perdagangan Budi Santoso

Jakarta, BeritaOne.id - Tercatat ada tiga program utama Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang disampaikan di depan Komisi  VI  DPR  RI pada Rabu, 20 November 2024.

Ketiga program tersebut adalah  Pengamanan Pasar  Dalam Negeri, Perluasan Pasar Ekspor, dan Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah  Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor).

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyebutkan sejumlah kegiatan dalam Program Pengamanan Pasar Dalam Negeri. Salah satunya, yaitu stabilisasi harga  dan  ketersediaan  barang  kebutuhan pokok dan barang  penting (bapokting).  

Sebagai implementasi jangka pendek, hal ini dijalankan melalui  upaya  memastikan ketersediaan stok dan  kelancaran distribusi saat periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). 

Selain itu, Budi menjelaskan, pengamanan pasar dalam  negeri dalam upaya menjaga stabilitas tiga komoditas  barang  kebutuhan  pokok  (bapok) di bawah kewenangan Kemendag, yaitu minyak goreng, tepung terigu, dan ikan.

“Kemendag juga terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lainnya, khususnya Badan Pangan Nasional, untuk pemantauan beras, jagung, kedelai, gula konsumsi, bawang, telur unggas, daging ruminansia, daging unggas, serta cabai,” kata Budi.

Kegiatan lainnya pada program ini adalah optimalisasi Sistem Resi Gudang (SRG) sebagai salah satu instrumen untuk mendukung stabilitas harga dan pasokan  komoditas, serta menjaga inflasi.  

Selain itu, optimalisasi implementasi bursa minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) untuk membentuk referensi harga CPO.

Sementara  itu, terkait Program Perluasan Pasar  Ekspor, Budi  menekankan upaya  penyelesaian perundingan bilateral  Indonesia dengan  negara  mitra.  

Ada  tiga  perundingan  CEPA  yang  ditargetkan  untuk segera selesai, yaitu Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership (CEPA), Indonesia-Peru CEPA,dan Indonesia-Eurasian  Economic  Union  (EAEU)  Free  Trade  Agreement  (FTA). 

“Kami juga sedang mempercepat penyelesaian Indonesia-EU CEPA,” kata Budi.

Saat  ini terdapat 11  perjanjian  bilateral, 17  perundingan  yang sedang  dirundingkan, 13 dalam  proses penjajakan, serta  27  perjanjian  lainnya  yang  sedang  dalam implementasi  dan  ratifikasi.  

Selain  itu, dari total ekspor Indonesia pada  Januari-Agustus  2024, sebesar  86,4  persen  dihasilkan  dari  ekspor dengan  Surat Keterangan Asal  (SKA) preferensi  di negara  mitra FTA dan 13,51  persen  dihasilkan  dari  ekspor  dengan  SKA nonpreferensi.

Budi menambahkan, hal lain yang akan dilakukan dalam program ini adalah berpartisipasi pada forum internasional  seperti  G20  2024  dan APEC yang  baru  saja  dilaksanakan  bersama  Presiden Prabowo Subianto,  penyelesaian sengketa  dagang pada WTO, peningkatan  layanan sistem  informasi  ekspor, hingga  penguatan  perdagangan komoditas SRG yang berorientasi ekspor.

Program ketiga yaitu UMKM BISA Ekspor yang menggunakan  pendekatan berbasis  sumber  daya (resource-based approach) dan pendekatan berbasis pasar (market-based approach). Pendekatan berbasis sumber daya memprioritaskan pendampingan UMKM untuk meningkatkan kualitas usaha.**BrOne-05