Pekebun Sawit Dilatih Buat Konten Kreatif, untuk Apa?

Jumat, 08 Maret 2024

Pelatihan pembuatan konten kreatif untuk promosi sawit berkelanjutan di medsos

Jakarta, BeritaOne.id - Puluhan pekebun sawit di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Sumatera Utara, dilatih membuat konten kreatif. Kegiatan ini digagas oleh Konservasi Indonesia (KI) bekerja sama dengan komunitas Jurnalis Indonesia Peduli (JIP).

Pelatihan ini bertujuan agar para pekebun sawit berkelanjutan gencar membagikan kisah sukses penerapan praktik perkebunan terbaik (Good Agriculture Practices) di media sosial (medsos).

"Pelatihan ini akan memberikan dampak yang besar jika para petani gencar menyebarkan kisah keberhasilan mereka dalam mengelola kelapa sawit berkelanjutan," kata Senior North Sumatra Field Program Manager KI, Isner Manalu, dalam siaran pers dikutip Jumat (8/3).

Kegiatan ini juga melibatkan puluhan petani perwakilan dari dua asosiasi, yakni Petani Sawit Muara Batangtoru (PSMB) dan Sawit Jaya Lestari Saseba (SJLS), yang telah menerima sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) tahun lalu. Saat itu terdapat sebanyak 597 petani mandiri dari kedua asosiasi tersebut yang dinyatakan berhasil melakukan budi daya sawit lestari di lahan seluas 895,51 hektar.

Sejumlah pihak seperti Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Kecamatan Muara Batangtoru, Batangtoru, Angkola Sangkunur, dan Kecamatan Angkola Selatan, serta Staf Sekretariat Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI) wilayah Tapsel juga ikut berpartisisipasi.

Menurut Isner, keberhasilan para petani menjalankan standar RSPO patut disebarluaskan ke publik. Saat ini banyak sarana untuk menyebarkan dan mendapatkan informasi. "Medsos sebaiknya tidak hanya dijadikan sebagai tempat untuk mendapatkan hiburan. Namun juga dapat menjadi alat bagi para petani sawit, untuk membagi pengetahuan dan informasi yang mereka miliki," jelasnya.

"Hasil dari peningkatan kapasitas pembuatan konten ini nantinya akan menjadi bagian dari penyuluhan pertanian atau perkebunan, yang dapat mendukung program pemerintah dalam menyebarkan informasi tentang teknik budidaya kelapa sawit berkelanjutan kepada masyarakat yang lebih luas lagi," tambahnya.

Dia melanjutkan, ilmu yang telah didapatkan oleh ratusan petani sawit yang telah menerima sertifikasi RSPO tersebut, sudah seharusnya disebarkan lebih luas agar dapat diadopsi oleh petani sawit lainnya di tempat lain. Terlebih, untuk menerima sertifikat tersebut, para petani terlebih dulu harus mengikuti Sekolah Lapang untuk belajar dan memahami tentang kelapa sawit berkelanjutan.

"Harapan terbesar kami adalah penyebaran tentang informasi mengenai bagaimana mengelola kebun sawit dengan memperhatikan dan menjaga alam yang dilakukan para petani ini, dapat tersebar tidak hanya ke seluruh petani sawit di Tapsel, tapi juga ke seluruh Indonesia," tukasnya.

Sekretaris Dinas Pertanian Tapsel, Muhammad Taufik Batubara, mengakui, petani sawit di wilayahnya sudah menunjukkan peningkatan dalam menerapkan praktik pertanian yang baik. Sayangnya, kisah sukses mereka masih kurang tersebar ke publik.

"Dengan adanya pelatihan ini, kita sama-sama bisa berkarya sekaligus menyebarkan informasi yang selama ini kita ketahui. Kami sangat berharap rekan-rekan petani sawit yang ikut dalam pelatihan ini, para PPL dan juga FOKSBI, dapat terus berkolaborasi untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat," ucapnya.

Ketua Asosiasi PSMB, Julhadi Siregar, mengaku sangat senang dapat mengikuti pelatihan untuk membagikan kisah keberhasilan mereka.

"Sehingga nantinya kami bisa membuat konten tentang bagaimana kami bekerja di kebun dan mengelola sawit secara berkelanjutan. Mudah-mudahan setelah ini kami bisa membuat konten-konten yang lebih bermanfaat," sebutnya. **Fit